Alhamdulillah. Forum Lingkar Pena (FLP) Luwu Timur dan kawan-kawan pro literasi – KPBA Iniaku Mobasa, anatowa otolu (Badan Usaha Kelurahan Magani), SIT Ulinnuha, dan Yayasan Cahaya – terus bergerak, mencoba meninggalkan jejak literasi. Sabtu sore, 29 Juni 2024 temponya. Dekat Nano Library, Magani Park lokasinya. Pak Weldi Purwanto narasumbernya. ‘Pesona Burung Danau Matano’ judul bukunya. ‘Bincang Santai’ tajuk acaranya. Diserta Lomba Mewarnai untuk para bocil yang sementara liburan. Pun ada lapak buku. Beruntung kita, langit Sorowako hujan lebih awal sehingga cuaca saat berlangsungnya acara relatif nyaman bersahabat.

Soal buku Pak Weldi, dari kertasnya saja sudah mengirim pesan bahwa produk literasi ini bukan main. Pak Weldi cerita, awal mulanya, sebetulnya beliau suka motret burung. Lama-lama eh banyak juga koleksi fotonya. Muncul tanya. Ini barang mau diapakan bagusnya? Lalu lahir ide membukukan. Tapi tentu mesti ada unsur keilmuannya, bukan cuma kumpulan foto. Foto plus teks. Gambar beserta narasi. Nah, dari sinilah embrio ‘Pesona Burung Danau Matano’ lahir sebagai buku. Sponsornya tak tanggung-tanggung; PT Vale. Buku Pak Weldi menjadi suvenir perusahaan tambang nikel yang dulu jamak dikenal PT Inco ini.

Mengumpulkan aneka ragam foto burung – sekitar 70 spesies – jelas bukan perkara remeh. Hunting foto tak selalu berbuah hasil. Pak Weldi mencantumkan nama-nama ilmiah tiap spesies yang masuk buku beliau. Inipun tentu tak mudah. Kalau nama ilmiah padi mungkin masih bisalah; Oryza sativa. Tapi kalau sudah masuk ke spesies-spesies yang jarang muncul ke permukaan, ini sudah level lain. Butuh kesabaran ekstra. Itu baru soal nama. Belum makanannya, habitatnya, dan detail lainnya. Sangat bisa dipahami jika Pak Weldi menghadirkan editor profesional untuk ‘Pesona Burung Danau Matano’. Termasuk Lay Out.

Dari paparan Pak Weldi saya menangkap banyak info menarik yang tak terpikirkan sebelumnya. Seperti hadirnya burung-burung migran ke Sorowako – ini favorit Pak Weldi. Ada spesies yang check in di ekosistem Danau Matano di bulan April dan check out bulan September. Bahkan ada yang dari Rusia! Jauh juga ya mainnya. Pun ada spesies burung yang pada waktu tertentu berguguran bulunya dan beralih cari makan di danau. Jadi eksis di udara, darat dan laut. Tank amfibi lewat, hehe. Makin jelas kan sepak terjang Pak Weldi baik dalam fotografi dan literasi punya positioning tersendiri. Perannya sangat unik dan sentral dalam konteks mendokumentasikan kekayaan fauna burung di ekosistem Danau Matano. Dan, meski ini bukan soal burung, rupanya di area Sorowako ada musang juga. Sekitaran Gunung Batu. Ukurannya besar seperti anjing.

Pak Weldi menitipkan asanya. Lewat closing statement, beliau berharap agar kelak ada regenerasi. Ada fotografer-penulis muda yang melanjutkan apa yang telah beliau inisiasi. Sebagai informasi saat ini koleksi foto burung Pak Weldi sudah menyentuh angka 120-an. Buku ‘Pesona Burung Danau Matano’ sendiri, yang cetak tahun 2012, sudah ada 70-an spesies. Jika ikhtiar ini berkesinambungan maka angkanya bisa lebih tinggi lagi. Lebih variatif spesiesnya. Dan ini baru kategori satwa burung. Belum ikan, belum ular, belum masuk ke flora Sorowako.

Dari Masjid Raya Al Ikhwan mulai terlantunkan murottal. Pertanda tak lama lagi masuk maghrib. Sesi bincang santainya kita rampungkan. Beralih ke sesi pengumuman lomba, doorprize, dan tentu saja foto bareng, hehe.