Dau, Surga Jeruk dan Durian di Pedesaan Kabupaten Malang – Dau, surga jeruk dan durian di pedesaan kabupaten Malang. Selama ini aku mengenal Dau, salah satu kecamatan di kabupaten Malang, sebagai daerah penghasil jeruk terbesar ketiga di Jawa timur. Setiap panen raya aku tak pernah melewatkan pemandangan pohon-pohon jeruk di sepanjang jalan Petungsewu yang selalu menggoda untuk dipetik.
Buah-buahnya yang menguning bergerumbul hingga membuat daunnya terkadang tertutupi buah membuat tanganku gemas ingin memetik. Kondisi seperti ini dimanfaatkan para penduduk lokal untuk mencari penghasilan tambahan. Mereka menawarkan kepada setiap orang yang lewat untuk mampir ke kebunnya dan memetik buahnya sendiri.
Buah yang mereka petik itu ditimbang dan dibayar. Rasanya berbeda sih antara saat kita memetiknya sendiri dengan membeli langsung jeruk di pasar atau di toko. Ada sensasi rasa puas dan senang jika bisa memetiknya sendiri dan makan langsung di kebunnya.
Nah, beberapa waktu lalu aku berjalan-jalan ke Petungsewu. Dan hari itu aku benar-benar tak menyangka di antara pepohonan jeruk yang kami lewati ada wisata lain yang tak kalah menariknya. Wisata mabok duren.
Mantan Walikota Malang, Abah Anton, telah menggagas salah satu tempat destinasi wisata baru dengan membuka café bernama Abundacio. Café ini dibangun ditengah kebun durian seluas 4 hektar yang ternyata merupakan bekas kandang sapi. Pantas saja dulu aku sering lewat daerah ini namun tak menjumpai café, hanya sapi-sapi yang melenguh menanti rumput dari peternak.
Pertama kali memasuki pintu gerbang, mobil yang kutumpangi disambut pepohonan dengan buah durian yang bergelantungan di kanan kiri menuju ruang parkiran. Selepas turun dari mobil kami diarahkan menuju pintu café. Aroma khas durian yang menyengat langsung menusuk hidung. Bagi para penikmat durian, berada di tempat ini menjadi hiburan tersendiri.
Café ini masih baru dan sepertinya masih ada banyak hal yang akan dikembangkan. Aku sempat bertemu dan berbincang langsung dengan Abah Anton. Mantan ebes kera Ngalam ini berapi-api menceritakan mimpi-mimpinya untuk Abundacio. Setelah browsing di internet ternyata café ini sudah viral di mana-mana. Mungkin aku aja ya yang baru tahu. Haha..
Berawal dari hobi makan durian kini siapa sangka ebes punya kebun durian sendiri. Beliau ingin Dau tidak hanya dikenal dengan jeruknya tapi juga durian. Di sini beliau tidak sendirian. Para petani lokal dan pekerja ikut mendukung misinya demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal lewat kebun durian ini.
Kini sudah ada sekitar 400 pohon durian yang ditanam di lahan seluas kurang lebih 4 hektar ini dan sepertinya masih akan diperluas lagi. Ada lima atau tujuh varian durian yang ditawarkan dan yang paling favorit tentu saja durian Montong lokal milik Petungsewu.
Begitu datang, Abah Anton langsung menyambutku sambil membuka dua mika besar berisi durian lalu menyuruhku menyicipinya. Terkadang Abah sendiri juga ikut membelah durian dan menawarkan pengunjung untuk menyicipinya langsung seperti yang dilakukannya saat ini.
Di sini pengunjung tidak hanya bisa membeli durian yang masih utuh tapi juga durian yang sudah dibelah dan siap santap. Harganya bervariasi tergantung jenisnya, yang paling murah sekitar 50 ribu dan yang paling mahal sekitar 80 ribuan.
Café ini tidak hanya menyediakan durian tapi juga makanan, minuman dan snack baik yang tradisional maupun yang kekinian. Harganya sangat murah untuk ukuran café. Jadi untuk mahasiswa atau pengunjung yang ingin liburan tapi budget terbatas rasanya tempat bisa jadi referensi yang menarik.
Pengunjung bisa duduk di lesehan. Nah, lesehan ini ada sekat-sekat kayu bekas kandang sapi yang masih tetap dipakai. Atau pengunjung juga bisa duduk di gazebo-gazebo dan kursi nyaman di antara pepohonan durian.
Nah, saat hendak pulang cuaca tiba-tiba mendung dan turun hujan. Aku yang tidak siap payung langsung panik untunglah ternyata di cafe ini menyediakan payung-payung yang bisa dipakai pengunjung dalam kondisi seperti ini. Payung cukup dikembalikan di satpam depan gerbang sehingga kami tidak perlu kembali ke café lagi.
Durian sendiri adalah salah satu buah tropis asli Indonesia dengan variasi genetik tertinggi di dunia. Durian yang memiliki julukan sebagai raja buah ini menjadi salah satu hidangan penting bagi kerajaan-kerajaan di masa lampau.
Sebagai salah satu buah tropika tertua di dunia, durian bisa diolah menjadi berbagai panganan yang mengundang selera. Salah satunya pancake durian. Membuat pancage durian yang enak tentu harus menggunakan buah dengan kualitas tinggi. Nah, jika anda tertarik mencoba durian secara langsung atau ingin mengolahnya menjadi panganan tak ada salahnya berkunjung ke tempat ini.
Kapan-kapan FLP kudu raker di sini nih. Yuk agendakan
Wah menarik banget nih tempatnya dan kreatif euy, salut sama penggagasnya. Kudu dikunjungi segera hehehe.
waaah.. mau dong ke sini.. yuk rame-rame
Kirain Malang hanya sebagai surganya Apel, ternyata sekarang Jeruk dan Durian juga ya. Mantaaaappp…
apa aku pindah ke Malang aja ya? wkwkw, terakhir makan durian sepuasnya itu kapan ya? lupa deh, paling ingat makan 25 potong pancake durian sendirian haha. Kelihatan banget cafe nya nyaman untuk benar-benar menikmati makan durian dan snack lainnya ya. Mantab